Malam pertama adalah tonggak sejarah dalam mendayung bahtera keluarga. Itulah momen yang menjadi sebuah klise di kehidupan seseorang dalam berumah tangga. Bagaimana tidak, disaat dosa besar yang tadinya diharamkan diwaktu lajangnya dengan menikah berubahlah menjadi ladang cinta yang penuh pahala.
Malam pertama memang malam yang begitu
dinanti setiap pengantin dengan pasangannya. Malam yang mendebarkan bagi
dua cinta yang berpadu dalam ranjang mesra. Ketika sejuta rasa
bercampur dalam dada. Antara bahagia dan lega, perasaan malu bercampur
mau, canggung diiringi grogi, serta sikap serba salah bagaimana harus
memulai malam pertama dengan pasangannya. Sejuta rasa tersebut seolah
bergemuruh di dalam dada. Menyambar-nyambar bagai halilintar yang
berkilatan di langit jiwa.
Begitulah sekilas mahligai malam pertama yang berhias cinta.
ADAB-ADAB MALAM PERTAMA
Agar malam pertama benilai ibadah dan
menjadi ladang pahala. Maka hendaknya setiap mempelai memperhatikan
adab-adabnya. Kalau kita kaji ada beberapa adab yang seharusnya di
lazimi kedua mempelai sebelum melaksanakan hubungan intim suami istri.
Diantara adab-adab tersebut adalah;
- Meniatkan semua karena Alloh dan dalam rangka ketaatan kepada-Nya.
Malam pertama hendaklah diniatkan dalam
rangka ketaatan kepada Alloh bukan sekedar memenuhi hasrat biologis.
Banyak sekali di kalangan orang awam tidak faham bahwasanya hubungan
intim suami istri merupakan bentuk ketaatan pada Alloh . Bahkan di dalam
islam hubungan intim suami istri merupakan suatu sedekah suami pada
istrinya. Rosululloh bersabda.“…dan bersetubuh dengan istri juga
merupakan shodaqoh. Mereka bertanya (para sahabat), wahai Rasululloh
apakah jika diantara kami menyalurkan hasrat biologisnya (berhubungan
intim dengan istrinya) juga mendapatkan pahala? Beliau menjawab,
“Bukankah jika ia menyalurkan pada yang haram itu berdosa? Maka demikian
pula apabila ia menyalurkannya pada yang halal, maka ia juga akan
mendapatkan pahala. (HR. Muslim no 2376)
- Mendoakan mempelai wanita di ubun-ubun kepalanya.
Setelah keduanya berada di kamar
pengantin, disunahkan bagi sang suami sebelum berjima’ untuk memberikan
sentuhan mesra di ubun-ubun istrinya tercinta seraya berdoa untuk
keberkahannya. Doa tersebut adalah.
اللهم إني أسألك خيرها وخير ما جبلتها عليه وأعوذ بك من شرها وشر ماجبلتها عليه
”Ya Alloh, sesungguhnya aku memohon
kepada-Mu kebaikan wanita ini dan kebaikan yang menjadi tabiat dasarnya.
Dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari keburukan wanita ini dan
keburukan yang menjadi tabiat dasarnya.” (HR. Abu Dawud)
- Sholat sunnah dua rekaat bersama
Setelah sang suami mendoakan pasangannya
maka hendaknya jangan langsung menggaulinya. Masih ada sunnah
Rosululloh saw yang semestinya dilaksanakannya yaitu sholat sunnah dua
rekaat bersama.
Sholat ini bukanlah suatu amalan yang
bid’ah melainkan ada sandaran hukumnya. Salah satunya yaitu dalilnya
adalah Atsar Abu Sa’id Maula Abu Usaid yang mana Ia diajari oleh sahabat
senior mereka adalah Ibnu Mas’ud, Abu Dzar al Ghifari, Hudzaifah ibnu
Yaman rodhiyallohu anhum ketika sholat bersama mereka di hari
pernikahannya , maka ia diajarkan untuk sholat dua rekaat bersama istri
nya sebelum menggaulinya.(Mushonnaf Ibnu Abi syaibah juz 7,Mushonnaf
Abdurrozaq juz 6, Sanadnya sohih sampai Abu Sa’id)
- Berhias dan Bercumbu Rayu
Sudah semestinya bagi kedua mempelai
untuk berhias sebelum menjalani malam pertama. Memakai pakaian terindah
dan wangi-wangian yang di sukai. Selain keindahan disukai oleh Alloh
berdandan mampu membangkitkan gairah antara pasutri. Sehingga lebih
memuaskan keduanya.
Asma’ binti Yazid bin Sakan di hari
pernikahan Rosululloh dengan Aisyah menceritakan; “ Aku menghias
Aisyah untuk rosululloh . Lalu aku datang kepadanya. Kemudian aku
memanggil beliau supaya memandang Aisyah secara jelas. Kemudian beliau
datang disampingnya. Setelah itu di datangkan wadah besar yang berisi
susu. Baliau pun meminumnya. Lalu nabi memberikannya pada Aisyah. Pada
saat itu Aisyah menundukkan kepalanya dan merasa malu. Maka saya
menegurnya dan berkata kepadanya. “Ambillah dari tangan Rosululloh !”
Akhirnya Aisyah pun mengambilnya dan meminumnya sedikit. Kemudian
Rosululloh bersabda kepadanya, ‘Berilah temanmu itu.’ (HR, Ahmad dan Ibnu Hibban)
Hadis tersebut selain memberikan
tuntunan berhias bagi mempelai terutama wanita juga anjuran untuk
membuka malam pertama dengan makanan atau minuman yang membangkitkan
gairah tubuh seperti susu dan semisalnya.
Adapun berkaitan dengan cumbu rayu
seolah memang terasa hambar jika malam pertama tanpa di awali dengan
cumbu rayu. Selain semakin menghangatkan suasana bisa menghilangkan
perasaan canggung ,grogi dan serba salah tingkah. Pada fase ini
hendaklah sang mempelai terutama laki-laki tidak tergesa-gesa.
Seringkali rasa malu menghantui mempelai wanita. Dan hal itu sangatlah
wajar selama tidak terlalu berlebihan. Untuk memecahkan suasana
hendaknya sang suami mengamalkan hadits Rosululloh berikut ini.
“Janganlah ada seorang dari kalian yang
mengumpuli istrinya seperti binatang mengumpuli lawan jenisnya. Tetapi
hendaknya ada utusan antara keduanya. Maka di tanyakan kepada Nabi,
”Apakah yang di maksudkan dengan utusan itu?” Beliau menjawab, ”Mencium
dan bercanda” (HR. ad Dailmi)
Dalam Hadis ini memberi pelajaran hendaknya seorang suami memberi pembukaan sebelum dia berhubungan dengan istrinya.
- Berdoa Sebelum Bersenggama
Walaupun keinginan telah membara dan
hasrat semakin bergelora. Sebelum keduanya saling membuka aurat jangan
sampai kedua mempelai lupa membaca doa yang di ajarkan Nabi .
بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا .
“Dengan menyebut nama Alloh, Ya Alloh
jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari anak yang akan
Engkau rezekikan kepada kami” (HR. Muslim)
- Tidak Berjima’ Pada Lubang Dubur dan di Waktu Haidh.
Dalam berhubungan suami istri di
bolehkan bagi suami bersenang-senang dengan istrinya sesuai dengan
kehendaknya. Hal ini berdasarkan ke umuman firman Alloh .
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ
فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ وَقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلَاقُوهُ وَبَشِّرِ
الْمُؤْمِنِينَ
“Istri-istrimu adalah (seperti) tanah
tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat
bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah
(amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Alloh dan
ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira
orang-orang yang beriman.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa ayat
dia atas berkaitan dengan kaum yahudi yang mengatakan kepada kaum
muslimin bahwa barang siapa yang menggauli istrinya dari belakang maka
anaknya kelak akan menjadi seorang yang juling. Kemudian Alloh pun
menurunkan ayat tersebut sebagai bantahan keyakinan kaum yahudi yang
sekedar mitos.
Namun demikian ada hadis nabi yang
memberikan kekhususan dari ayat diatas. Yaitu tentang menggauli istri
dalam keadaan haidh dan pada lubang duburnya. Rosululloh
bersabda.”Barang siapa yang menjima’i istrinya yang sedang dalam
keadaan haidh atau menjima’i duburnya, maka sesungguhnya ia telah kufur
kepada Muhammad .”(HR. at Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad). Selain
hadis diatas terdapat ayat dalam al Quran yang menjelaskan tentang
larangan menggauli istri di waktu haidh. Alloh berfirman. “Mereka
bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haidh itu adalah kotoran”.
Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid;
dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila
mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Alloh kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. al Baqoroh[2]:222)
Dibolehkan menggauli istri dari belakang
asalkan bukan pada duburnya melainkan pada kemaluannya. Hal ini
berdasarkan Sabda nabi ,” (Boleh) dari arah depan atau belakang, Asalkan
di dalam kemaluannya.” (HR. al Bukhori dan Muslim)
- Bersuci Sebelum Mengulang Persenggamaan atau Sebelum Tidur
Terkadang setelah berhubungan masih
tersisa gairah untuk mengulangi hubungan intim kembali. Bagi suami di
sunahkan mencuci kemaluan dan berwudhu sebagaimana halnya wudhu sholat.
Rosululloh bersabda yang artinya.” JIka salah seorang di antara kalian
menyetubuhi istri, kemudian berkeinginan untuk mengulangi persetubuhan
itu, maka hendaklah ia berwudhu diantara dua persetubuhan tersebut.”
Bahwa Dalam riwayat lain di katakan bahwa tata cara wudhunya tersebut
sebagaimana wudhu hendak sholat.” (HR. Muslim)
Imam Qodhi Iyadh berkata,”Mencuci kemaluan sesudah bersenggama dapat menambah kekuatan dan semangat untuk mengulanginya.”
Demikian tujuh adab tersebut hendaknya
benar-benar diperhatikan bagi para mempelai yang ingin menjadikan malam
pertamanya indah dan berpahala.
Jauhkan Budaya to the point dan bersu’udzon pada Pasangan
Dalam hal ini hendaknya mempelai terutama laki-laki tidak bersikap to the point atau slonong boy.
Betapa banyak kebencian bersemi dari malam pertama yang di lakukan
tidak dalam rangka beribadah dan mengikuti sunnah. Begitu juga hendaknya
bersikap husnudzon terhadap istri jika terbukti di malam pertama tidak
terdapat darah keperawanan karena pecahnya selaput dara. Mitos yang
menyebar di masyarakat ketika tidak di didapati darah tersebut maka sang
istri dimungkinkan istri bukanlah seorang perawan lagi. Padahal mitos
ini tidaklah benar dan dunia medis membatah akan hal tersebut.
Insya Alloh tujuh hal tersebut akan
mengantarkan anda menggapai indahnya malam pertama.Semoga bermanfaat.
Selamat bermalam pertama ! Wollohu a’lam bishowab.
No comments:
Post a Comment